KABUPATEN KATINGAN , PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
Kabupaten Katingan adalah salah satu kabupaten di provinsi
Kalimantan Tengah. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kasongan. Kabupaten ini
memiliki luas wilayah 17.800 km² dan berpenduduk sebanyak 141.205 jiwa (hasil
Sensus Penduduk Indonesia 2010). Semboyan kabupaten ini adalah "Penyang
Hinje Simpei". Kabupaten ini terdiri dari 13 kecamatan.
Sejarah
Pada abad ke-14 wilayah
Katingan merupakan salah satu wilayah jajahan Majapahit seperti yang disebutkan
dalam Kakawin Nagarakretagama yang
ditulis tahun 1365.
Nama sungai Katingan diambil dari nama daerah yang terdapat di hulu sungai
tersebut, yaitu daerah Katingan (Kasongan). Belakangan muncul daerah baru di
hilir, yaitu Mendawai.
Menurut Hikayat Banjar,
wilayah Kabupaten Katingan sudah termasuk ke dalam daerah kekuasaan kerajaan
Banjar-Hindu (Negara Dipa) sejak pemerintahan Lambung Mangkurat dengan wilayah
kekuasaannya perbatasan paling barat berada di Tanjung Puting. Wilayah ini
ketika itu terdiri atas dua sakai (daerah), yaitu Mendawai dan Katingan yang
masing-masing memiliki ketua daerah sendiri-sendiri yang disebut Menteri
Sakai, kemudian pada abad ke-17 di masa kekuasaan Sultan
Banjar IV, Marhum Panembahan (Raja Maruhum), wilayah Mendawai-Katingan
merupakan salah satu daerah yang diberikan kepada puteranya Pangeran Dipati
Anta-Kasuma yang kemudian menjadi adipati/raja Kotawaringin menggantikan
mertuanya Dipati Ngganding yang wilayah kekuasaannya meliputi bagian barat
Kalimantan Tengah saat ini. Menurut Hikayat
Banjar, pada masa itu Pelabuhan Mendawai merupakan tempat
transit para pedagang Banjarmasin jika hendak
pergi berlayar menuju negara Kesultanan Mataram di pulau
Jawa.
Menurut laporan
Radermacher, kepala daerah Mendawai/Katingan pada tahun 1780 adalah Kyai
Ingabei Suradi Raja Kiai Ingabehi Suradiraja adalah gelar yang diberikan
kepada seseorang yang telah berhasil membunuh dua orang pengikut Gusti Kasim
dari daerah Negara tahun 1780,
kemudia ia dilantik sebagai pembantu utama syahbandar di pelabuhan Tatas Pada
tanggal 13 Agustus 1787, wilayah Kabupaten Katingan sudah diserahkan SultanTahmidullah
II kepada VOC Belanda, kemudian daerah ini berkembang menjadi
sebuah Distrik. Pada 2 Mei 1826 Sultan
Adam dari Banjarmasin menyerahkan landschap Mendawai
(Katingan) kepada Hindia Belanda. Penguasa Mendawai dan Katingan
selanjutnya adalah Djoeragan Kassim (1846), Abdolgani (1848), Djoeragan Djenoe
(1850), Jaksa kiai Pangoeloe Sitia Maharaja (1851), Kiai Toeainkoe Gembok
(1859). Selanjutnya Demang Anoem Tjakra Dalam atau dikenal sebagai Demang
Anggen, dilantik oleh Gubernur Hindia Belanda pada tanggal 10 Januari 1895 dan
mengepalai wilayah Mandawai (Districtshoofd van Mandawai, afdeeling
Sampit, residentje Zuider en Oosterafdeeling van Borneo). Menurut Staatsblad
van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam
zuid-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat,
Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar